Saturday, April 15, 2017

Psikoterapi

Gangguan Psikologis dan Terapinya

A.    Pengertian Fetisisme
Menurut Sunaryo (2002) fetisisme adalah hubungan seksual mencari gairah dan kepuasan seksual secara berulang dengan memakai benda mati (fetish) sebagai pengganti objek seksual, misal sepatu pakaian dalam kaos kaki dan rambut. Fetisisme merupakan kondisi patologis karena kegairahan atau pemuasan sekseal dilakukan dengan memegang,  meraba pada bagian tubuh yang non seksual.
Menurut Achir Yani (2008) fetisisme sesuatu hubungan yang menetap sedikitnya selama 6 bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan dengan menggunakan objek benda mati misal pakaian dalam.
Menurut Herri (2011) fetisisme adalah dorongan, fantasi, dalam perilaku seks yang melibatkan benda mati dan hal-hal yang tidak lazim, seperti pakaian dalam wanita, sebagai akibat distres dalam fungsi kehidupan seks yang berlangsung berulang-ulang dan penderita menyukai pada bagian bagian tertentu.
B.     Terapi Pada Gangguan Fetisisme  
1.      Penanganan Psikologis
-          Cara Covert Desensitization
Yaitu dengan cara mereview mental dan perilaku secara berulang-ulang dengan konsekuensi aversif dalam membangun asosiasi negatif dengan penilaian perilaku menyimpang tersebut. Disini dilakukan intervensi kognitif-behavioral untuk mengurangi perilaku yang tak dikehendaki dengan cara klien membayangkan konsekuensi yang sangat aversif dari perilakunya dan membangun asosiasi negatif jika ingin memperoleh reward atau ketika ia mampu mengalahkan asosiasi positifnya.
-          Cara Orgasmic Reconditioning
Yaitu dengan cara memasangkan stimulus-stimulus yang pantas dan menciptakan pola rangsangan seksual yang positif. Prosedurnya menekankan konsep belajar, yakni membantu klien untuk memperkuat pola-pola rangsangan seksual yang semestinya dengan cara memasangkan stimuli-stimuli yang tepat dan sesuai dengan sensasi seksual yang menyenangkan.
-          Relapse Preventation
Yaitu suatu metode yang digunakan sebagai adiksi dan pencegahan pada gangguan ini. Metode ini melakukan preparasi terapi (memperpanjang proses terapeuntik) guna mengatasi gangguan seks dalam berbagai situasi sulit di masa yang akan datang, penderita di ajari mengenal tanda-tanda awal godaan gangguan seksual dengan melatih berbagai pengendalian diri sebelum hasrat seksual menyimpangnya menjadi kuat. Klien diajari untuk bisa mengatasi, mengendalikan, dan menyelesaikan masalah kelainan seks. Tingkat keberhasilan prosedur relapse prevention relatif tinggi. Jumlah orang yang berhasil ditangani dengan metode ini sangat bervariasi.

            Refensi :
Fauziah, F & Julianty W. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Pieter, Herri Zan & Lubis, Namora Lumongga. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta : Kencana.
Yustinus Semiun. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.




No comments:

Post a Comment