Monday, November 28, 2016

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat. Pengertian pengembangan sumber daya manusia baik secara makro maupun secara mikro. Pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai tujuan pembangunan bangsa yang mencakup perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan. Sedangkan pengembangan sumber daya manusia secara mikro adalah suatu proses perencanaan pendidikan,pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja atau karyawan untuk mancapai suatu hasil yang optimal.
Desin Pekerjaan
Konsep desain kerja (job design) dan mendesain kembali pekerjaan (job redesign) berhubungan langsung terhadap kehidupan kerja para pegawai. Hal ini telah banyak menarik perhatian para ahli ekonomi dan para insinyur selama berabad-abad.
Mendesain pekerjaan berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, mencocokkan tugas individu dengan kelompok, dan tercapainya kualitas kehidupan kerja serta kepuasan kerja bagi setiap individu untuk melakukan pekerjaan. Di samping itu dalam desain kerja (job design) dimungkinkan untuk merencanakan suatu pekerjaan berdasarkan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok dalam suatu organisasi, mulai dari isi pekerjaan sampai kepada penjabaran masing-masing tugas para pekerjaan.
Desain kerja sangat penting dan bermanfaat bagi pegawai untuk mencapai efektifitas dan efisiensi kerja. Adapun pentingnya desain kerja tersebut bagi para pegawai dilatarbelakangi oleh beberapa alasan :

1.                  Semangat kerja dalam spesialisasi yakni : tingginya produktifitas dari para pekerja yang tidak mempunyai keterampilan memerlukan waktu yang tidak banyak dalam latihan, mudah untuk mengganti dan menukar pekerja dan tingginya pengawasan dari pimpinan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.                  Dilihat dari motivasi dan semangat kerja terdiri dari : tingginya produktivitas dan
tantangan pekerja, berkurangnya ketidak hadiran, kurangnya pergantian, tingginya kualitas produksi, banyaknya pegawai memberikan ide-ide dan gagasan serta saran-saran dan tingginya kepuasan kerja dari para pegawai.

Tiga teknik merancang pekerjaan berdasarkan pendekatan psikologi yaitu :
1.                  Job Enlargment
Job Enlargment adalah sebuah rencana membuat pekerjaan “lebih besar” atau “lebih luas”, dengan menambahkan jumlah tugas kerja yang harus dilakukan setiap orang . Biasanya, tugas yang diberikan berada pada tingkat keterampilan atau kesulitan yang sama seperti tugas aslinya ( a horizontal loading of tasks). Contohnya: seorang grafik designer yg mulanya hanya mendesign logo dan kartu nama perusahaan,sekarang jg ditugaskan untuk mendesign cover buku.  Job enlargement berfungsi agar seorang karyawan tidak bosan bekerja, karena diberi tugas baru walaupun pekerjaan tersebut masih dalam tingkat keterampilan/ kesulitan yang sama.
 Job Enlargement menjadi cukup populer pada tahun 1950an dan 1960an karena adanya minat terhadap sebab-akibat dan pengaruh kebosanan karyawan dan malas bekerja. Psikolog berasumsi bahwa spesialisasi tugas membuat frustasi orang yang butuh akan variasi , untuk menghadapi tantangan, dan untuk rasa membuat kontribusi yang berarti dalam menggapai tujuan kelompok. Job Enlargment dapat mengatasi masalah tersebut.Dalam penerapannya Job Enlargemnet memiliki sejumlah masalah praktis.
Hasil-hasil penelitian terhadap pengaruh terhadap perluasan pekerjaan hampir selalu positif. Seperti yang dilaporkan oleh Killbridge (1960). Dalam studi tersebut. perluasan pekerjaan dari perakitan pompa air dari satu tugas menjadi merakit, memeriksa, menguji keseluruhan pompa menghasilkan penghematan yang cukup besar bagi perusahaan yang bersangkutan. Ternyata tidak semua pekerjaan dapat diperluas dan tidak semua orang mau pekerjaannya diperluas, meskipun hal itu mungkin. Sebagai tambahan, persayaratan kemampuan dan keahlian pekerjaan mungkin diluar kemampuan dari si pemegang pekerjaan. Beberapa dari mereka harus diberikan pelatihan dan beberapa harus diganti.

2.                  Job Enrichment

Sebagai pendekatan Psikologi terhadap rancangan pekerjaan,  Job enrichmentmempunyai banyak kesamaan dengan Job Enlargement. Prinsip utama dari kedua desain pekerjaan ini didasarkan pada pengapresiasian kebutuhan manusia akan kerja adalah penting.Perbedaannya adalah pada konsep bagaimana mencapainya. Job Enlargement bekerja atas asumsi bahwa pekerjaan bergantung pada jumlah dan variasi dari tugas yang ditampilkan pada umumnya. Sementara itu, Job Enlargement tidak bergantung pada jumlah dari tugas melainkan dari jenis tugas tersebut.
Job Enrichment biasanya memberikan kepada karyawan lebih banyak tanggung jawab dan kekuasan mengambil keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian kerja mereka sendiri. Tugas yang ditambahkan untuk memperkaya pekerjaan biasanya adalah tugas bertipe manajemen (management-type tasks) yang merupakan vertical loading of job tasks yang maksudnya seorang karyawan diberi tugas yang levelnya diatas pekerjaan pokoknya saat ini. Dalam melakukan Job Enrichment, teori Hackman dan Oldham (1975, 1976) tentang teori motivasi sangat mempengaruhi pekerjaan. Menurut teori tersebut, the core dimensions dapat meningkatkan motivasi karyawan, kepuasan kerja, kerja yang berkualitas, mengurangi absensi dan turnover (pindah kerja). Hal ini mempengaruhi tiga psikologis internal yaitu pengalaman yang berarti, tanggung jawab, dan hasil pengetahuan. Efeknya akan lebih tinggi pada pekerja yang memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang yang lebih tinggi, dan mereka juga tergantung kepada beberapa tingkat tertentu dalam konteks kepuasan.
Job Enrichment memilki keuntungan dan kerugian dalam dunia kerja. Keuntungan dari Job Enrichment apabila diterapkan di dunia kerja yaitu dapat membuat lebih termotivasi untuk bekerja dan memperluas serta memperdalam kualitas dari pekerjaan yang digelutinya itu. Job Enrichment juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi pekerja yaitu pekerja yang telah terstimulasi secara optimal dalam pekerjaannya. Pekerja yang telah optimal seperti ini akan mengalami overstimulasi jika pekerjaannya disertakan dalam program Job Enrichment.Program Job Enrichment lebih berhasil jika dikenakan pada pekerja yang tidak takut terhadap tanggung jawab baru dan yang menganggap penting bekerja keras untuk mencapai keberhasilan pribadi dalam lingkungan kerjanya. Job Enrichment sebagai mediator untuk promosi karyawan.

3.                  Socialtechnical Job Design
Pandangan sosiotkenis dari organisasi adalah pandangan sistem yang menekankan perlunya hubungan yang seimbang antara manusia dan komponen teknologi dari sebuah organisasi.Pandangan ini berasal dari kerja yang dilakukan oleh para peneliti innggris di Tavistock Intstitute of Human Relations (Trist&Bamforth,1951) dan telah mempunyai dampak yang berarti pada masalah-masalah yang berkaitan dengan perancangan organisasi (Cummings&Markus,1979).Rancangan pekerjaan dan organisasi sosial menunjuk pada perluasan teknologi pekerjaan. Beberapa teknologi memperbolehkan individu bekerja dengan bebas. Teknologi lain menciptakan tugas yang menghendaki pekerja bekerja bersama-sama.
Bila diterapkan dalam rancangan pekerjaan, prinsip-prinsip dasar sosioteknis seringkali menganjurkan pendekatan kelompok atau tim kerja dan bukan perorangan. Kelompok karyawan diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan sejumlah unit pekerjaan dan mereka memutuskan antara mereka sendiri dan siapa yang melaksanakan tugas tertentu pada saat tertentu. Aplikasi yang paling terkenal dari strategi ini adalah apa yang dihasilkan sejumlah percobaan di pabrik Saab-Scania di Swedia pada akhir tahun 1960-an. Hasil dari percobaan-percobaan pabrik tersebut mengalihkan rancangan standar continuous assembly line untuk perakitan mesin model ke rancangan kelompok perakitan paralel.
Dengan menggunakan metode kelompok perakitan paralel, beberapa tim karyawan bertanggung jawab untuk perakitan keseluruhan mesin dan masing-masing tim bekerja dengan kecepatannya sendiri. Meskipun akibatnya kemudian adalah melepaskan rancangan sosio-teknis tersebut, kesuksesan tersebut dan program lain yang mirip Volvo dan perusahaan Eropa yang lain telah membawa sejumlah perusahaan AS mengambil prinsip-prinsip tadi.
Meskipun rancangan sosio-teknis seringkali dinyatakan sebagai salah satu bentuk untuk job enrichment, termasuk juga prinsip-prinsip dasar dari perluasan pekerjaan-variasi tugas atau keterlibatan perorangan dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Dalam tim rancangan pekerjaan, tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan pekerjaan, tetapi masing-masing dapat melihat bagaimana usahanya merupakan bagian dari penyelesaian pekerjaan tersebut. Satu hal yang juga sama pentingnya ialah tidak ada seorangpun yang dibatasi pada satu tugas yang monoton dan berulang-ulang kecuali memang hal itu yang dikehendakinya.

REFERENSI

No comments:

Post a Comment