Sunday, July 9, 2017

Psikoterapi : Teknik Terapi dari 3 Aliran Psikologi

Nama   : Hani Dwi Apriliani
Kelas   : 3PA11
NPM   : 14514746
Kel      : 2
Pembahasan :
1.      Psikoanalisa     : Analisis Resistensi
2.      Behavioristik   : Assertive Training
3.      Humanistik      : Rational Emotive Therapy


TEKNIK TERAPI

1.    ANALISIS RESISTENSI
A.    Definisi Resistensi
Resistance didalam bahasa inggris berasal dari kata resist dan ance adalah menunjukkan pada posisi sebuah sikap yang cenderung untuk berperilaku bertahan, menentang, berusaha melawan, dan upaya oposisi. Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari.
Dalam proses terapi, resistensi merupakan perwujudan dari pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari. Resistensi ini dapat dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan, meski sebenarnya menghambat.Resistensi adalah semua kekuatan dalam pasien yang menentang prosedur-prosedur dan proses-proses pekerjaan psikoanalitik.
B.     Tujuan Analisis Resistensi
 Analisis dan penafsiran resistensi berguna untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal - hal yang tidak disadarinya.
C.    Proses Interpretasi Resistensi
Proses interpretasi resistensi dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1.      Terapis meminta klien melakukan asosiasi bebas dan analisis mimpi yang dapat menunjukkan kesediaan klien untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman klien.
2.      Selanjutnya analisis menanyakan bila terjadi hal yang berbeda dengan apa yang di utarakan, misal klien bercerita dengan penuh semangat namun tiba-tiba sedih.

2.      ASSERTIVE TRAINING
A.    Definisi Perilaku Asertif
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.
Nelson dan Jones (2006:184) menjelaskan bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang merefleksikan rasa percaya diri dan menghormati diri sendiri dan orang lain.
B.     Definisi Assertive Training
Assertive Training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Assertive training adalah suatu teknik untuk membantu klien dalam hal-hal berikut:
-          Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya.
-          Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan padanya.
-          Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak”.
-          Mereka yang sukar menyatakan cinta dan respon positif lainnya
-          Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya.
C.    Tujuan Assertive Training
Teknik assertive training dalam pelaksanaannya tentu memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh konselor dan klien,  tujuan assertive training membantu klien belajar kemandirian sosial yang diperlukan untuk mengekspresikan diri mereka dengan tepat.
Menurut Fauzan (2010) terdapat beberapa tujuan assertive training yaitu
1.      Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka
2.      Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan
3.      Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri
4.      Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya
5.      Menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.
D.    Tahapan Pelaksanaan Assertive Training
 Prosedur dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa pendekatan perilaku dalam konseling :
1.      Menentukan kesulitan konseli dalam bersikap asertif dengan penggalian data terhadap klien
2.      Mengidentifikasi perilaku yang diinginkan oleh klien dan harapan-harapannya
3.      Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
4.      Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan
5.      Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional
6.      Menentukan respon-respon asertif/sikap yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahannya (melalui contoh-contoh).
7.      Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulang-ulangnya
8.      Memberikan tugas kepada konseli secara bertahap untuk melancarkan perilaku asertif yang dimaksud
9.      Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan.
E.     Kelebihan dan Kekurangan Assertive Training
            Kelebihan pelatihan asertif ini akan tampak pada:
1.      Pelaksanaannya yang cukup sederhana.
2.      Penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan.
3.      Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara langsung melalui perasaan dan sikapnya.
4.      Dapat dilaksanakan secara perorangan juga dapat dilaksanakan dalam kelompok.
Kelemahan, pelatihan asertif ini akan tampak pada,
1.      Membutuhkan waktu yang tidak sedikit, tergantung dari kemampuan individu itu sendiri
2.      Konselor yang kurang dapat mengkombinasikannya dengan teknik lainnya, pelatihan asertif ini kurang berjalan dengan baik.
3.      RATIONAL EMOTIVE THERAPY
A.    Definisi Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Therapy dideskripsikan sebagai corak konseling yag menekankan kebersamaan dan interaksi antar berpikir dengan akal sehat (Rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), menekankan suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir sehingga menghasilkan perubahan yang berarti dari cara berperasaan dan berperilaku.
TRE banyak kesamaan dengan dengan terapi yang berorientasi pada kognisi, perilaku dan perbuatan dimana TRE menekankan pada berpikir, memikirkan, mengambil keputusan, menganalisis dan berbuat. TRE didasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan sebab akibat timbal balik.

B.     Tujuan dan Sasaran Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Therapy mempunyai tujuan membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan logis. Sasaran dari terapi ini adalah untuk menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang raisonal sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dogmatis yang irasional dan takhayul yang berasal dari orang tua maupun kebudayaan. 
C.    Langkah-Langkah Rational Emotive Therapy
Ada empat langkah dalam rational emotive therapy, yaitu:
1.      Menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irrasionalnya.
2.      Membawa klien ke seberang tahap kesadaran.
3.      Berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-gagasan irrasionalnya.
4.      Menantang klien untuk mengembangkan filsafat-filsafat hidup yang rasional.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Riyanti, B. P. & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Nelson-Jones, Richard. (2006). Teori dan praktik konseling dan terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semiun, Y. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik reud. Yogyakarta: Kanisius.





1 comment:

  1. The TOTO 1 TOTO 1 TOTO® TOTO® 1 TOTO® TOTO® 1 TOTO® 1
    TOTO® nano titanium ionic straightening iron 1 TOTO® 1 TOTO® 1 TOTO® 1 TOTO® ford transit connect titanium 1 TOTO® 1 TOTO® 2 TOTO® 1 titanium welding TOTO® 1 TOTO® 1 TOTO® $6.99 · titanium 4000 ‎Out of ford ecosport titanium stock

    ReplyDelete