Nama :
Hani Dwi Apriliani
Kelas :
3PA11
NPM :
14514746
Kel :
2
Pembahasan :
1.
Psikoanalisa : Analisis Resistensi
2.
Behavioristik : Assertive Training
3.
Humanistik : Rational Emotive Therapy
1. ANALISIS RESISTENSI
A.
Definisi
Resistensi
Resistance
didalam bahasa inggris berasal dari kata resist
dan ance adalah menunjukkan pada
posisi sebuah sikap yang cenderung untuk berperilaku bertahan, menentang,
berusaha melawan, dan upaya oposisi. Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari.
Dalam proses terapi, resistensi merupakan
perwujudan dari pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari.
Resistensi ini dapat dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap
kecemasan, meski sebenarnya menghambat.Resistensi adalah semua kekuatan dalam
pasien yang menentang prosedur-prosedur dan proses-proses pekerjaan
psikoanalitik.
B.
Tujuan
Analisis Resistensi
Analisis dan penafsiran
resistensi berguna untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada
dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien
menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam
yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal
- hal yang tidak disadarinya.
C.
Proses
Interpretasi Resistensi
Proses
interpretasi resistensi dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1. Terapis meminta klien
melakukan asosiasi bebas dan analisis mimpi yang dapat menunjukkan kesediaan
klien untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman klien.
2. Selanjutnya analisis
menanyakan bila terjadi hal yang berbeda dengan apa yang di utarakan, misal
klien bercerita dengan penuh semangat namun tiba-tiba sedih.
2.
ASSERTIVE TRAINING
A.
Definisi Perilaku
Asertif
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness
atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan
perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang
yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik,
dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan
berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.
Nelson dan Jones (2006:184) menjelaskan bahwa perilaku asertif
adalah perilaku yang merefleksikan rasa percaya diri dan menghormati diri
sendiri dan orang lain.
B.
Definisi Assertive
Training
Assertive Training merupakan
teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang
mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Assertive
training adalah suatu teknik untuk membantu klien dalam hal-hal berikut:
-
Tidak dapat menyatakan kemarahan atau
kejengkelannya.
-
Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang
lain mengambil keuntungan padanya.
-
Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak”.
-
Mereka yang sukar menyatakan cinta dan respon
positif lainnya
-
Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk
menyatakan pendapat dan pikirannya.
C.
Tujuan Assertive
Training
Teknik assertive
training dalam pelaksanaannya tentu memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai
oleh konselor dan klien, tujuan assertive
training membantu klien belajar kemandirian sosial yang diperlukan untuk
mengekspresikan diri mereka dengan tepat.
Menurut Fauzan
(2010) terdapat beberapa tujuan assertive training yaitu
1. Mengajarkan
individu untuk menyatakan diri mereka
2. Meningkatkan
keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan
3. Mengajarkan
pada individu untuk mengungkapkan diri
4. Meningkatkan
kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya
5. Menghindari
kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.
D.
Tahapan
Pelaksanaan Assertive Training
Prosedur
dasar dalam pelatihan asertif menyerupai beberapa pendekatan perilaku dalam
konseling :
1.
Menentukan kesulitan konseli dalam bersikap asertif dengan penggalian
data terhadap klien
2.
Mengidentifikasi perilaku yang diinginkan oleh klien dan
harapan-harapannya
3.
Menentukan perilaku akhir yang diperlukan dan yang tidak
diperlukan.
4.
Membantu klien untuk membedakan perilaku yang dibutuhkan dan
yang tidak dibutuhkan
5.
Mengungkapkan ide-ide yang tidak rasional
6.
Menentukan respon-respon asertif/sikap yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahannya (melalui contoh-contoh).
7.
Mengadakan pelatihan perilaku asertif dan mengulang-ulangnya
8.
Memberikan tugas kepada konseli secara bertahap untuk
melancarkan perilaku asertif yang dimaksud
9.
Memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan.
E. Kelebihan dan Kekurangan
Assertive Training
Kelebihan pelatihan asertif ini akan tampak
pada:
1.
Pelaksanaannya yang cukup
sederhana.
2.
Penerapannya dikombinasikan
dengan beberapa pelatihan.
3.
Pelatihan ini dapat
mengubah perilaku individu secara langsung melalui perasaan dan sikapnya.
4.
Dapat dilaksanakan secara
perorangan juga dapat dilaksanakan dalam kelompok.
Kelemahan,
pelatihan asertif ini akan tampak pada,
1.
Membutuhkan waktu yang
tidak sedikit, tergantung dari kemampuan individu itu sendiri
2. Konselor
yang kurang dapat mengkombinasikannya dengan teknik lainnya, pelatihan asertif
ini kurang berjalan dengan baik.
3. RATIONAL EMOTIVE THERAPY
A. Definisi Rational Emotive Therapy
Rational
Emotive Therapy dideskripsikan sebagai
corak konseling yag menekankan kebersamaan dan interaksi antar berpikir dengan
akal sehat (Rational thinking), berperasaan
(emoting), dan berperilaku (acting), menekankan suatu perubahan yang
mendalam dalam cara berpikir sehingga menghasilkan perubahan yang berarti dari
cara berperasaan dan berperilaku.
TRE banyak kesamaan dengan dengan terapi yang berorientasi pada
kognisi, perilaku dan perbuatan dimana TRE menekankan pada berpikir,
memikirkan, mengambil keputusan, menganalisis dan berbuat. TRE didasarkan pada
asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku berinteraksi secara signifikan dan
memiliki hubungan sebab akibat timbal balik.
B. Tujuan dan Sasaran Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Therapy mempunyai
tujuan membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak
logis dan untuk belajar gagasan logis. Sasaran dari terapi ini adalah untuk
menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang raisonal
sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dogmatis yang irasional
dan takhayul yang berasal dari orang tua maupun kebudayaan.
C. Langkah-Langkah Rational Emotive Therapy
Ada empat langkah dalam rational emotive therapy, yaitu:
1.
Menunjukkan kepada klien
bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan
irrasionalnya.
2.
Membawa klien ke seberang
tahap kesadaran.
3.
Berusaha agar klien
memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-gagasan irrasionalnya.
4.
Menantang klien untuk
mengembangkan filsafat-filsafat hidup yang rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Riyanti, B. P. & Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Nelson-Jones, Richard. (2006). Teori dan praktik konseling dan terapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semiun, Y. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik reud. Yogyakarta:
Kanisius.
The TOTO 1 TOTO 1 TOTO® TOTO® 1 TOTO® TOTO® 1 TOTO® 1
ReplyDeleteTOTO® nano titanium ionic straightening iron 1 TOTO® 1 TOTO® 1 TOTO® 1 TOTO® ford transit connect titanium 1 TOTO® 1 TOTO® 2 TOTO® 1 titanium welding TOTO® 1 TOTO® 1 TOTO® $6.99 · titanium 4000 Out of ford ecosport titanium stock